11 August, 2006

David Malouf: Untuk Ditulis dalam Bahasa Lain

Seperti misalnya, bahasa yang dipakai kakekku dalam
tidurnya ketika memimpikan dirinya sudah mati,
atau masih hidup. Awan

berarak ke nafas yang lain; rembulan siang menetas
dari heningnya gelap yang berbeda, di mana burung hantu
turun dari matahari, beberapa ekor jalak kusam

dalam nama yang asing bagi kita menggalang senja,
sebutir demi sebutir membiarkan jatuh bayangan tubuh mereka.
Peristiwa biasa semacam ini

adalah puisi dalam bahasa lain dan tak mungkin
diterjemahkan. Burung hantu
dengan darahnya yang kental dan mulut menganga

tak cukup cepat untuk mencengkeram kepala butiran debu.
Sekawan kolibri dengan mata berkaca-kaca
laksana para bidadari kamikaze Giotto

berduka, tatkala mendapati
bahwa nama mereka dalam sebuah bahasa yang binasa
adalah pengantar bagi sangkar baja atau Daftar Isi,

kebun abu-abu Jardin des Plantes. Kakek menggumamkan
nama-nama kita di bumi. Kita mendatangi cahaya
dari mulutnya, buih-buih penuh teka-teki.

Kujelajahi thesaurus
demi satu kata: kerinduan, dambaan
para cucu akan satu bahasa

yang masih dicakap mereka yang telah mati, yang masih diucap
dalam tidur mereka yang sekarat, datangnya hal-hal
biasa, namun asing bagi bahasa.

© 1992, David Malouf
(Draft Terjemahan Tjipoetat Quill)

No comments:

Post a Comment