13 August, 2006

James Wright: Dua Sosok di Samping Perapian

1/
Malam ini kulihat rambut ayahku,
Saat ia duduk tertidur di dekat perapian.
Memahami helai keputusasaanku,
Ia mengirim cintanya lewat sehelai bulu burung hantu.
Maka aku pun datang, tak mau dianggap tak paham.
Malam ini, Ohio, tempatku dulu pernah
Meradang mengutuki kesepian,
Menampilkan ayahku, seorang makelar batu,
yang pernah menggumuli dan menguasai alat-alat berat,
Dan beristirahat, membayangi wajahnya yang rupawan.

2/
Tenang dan agung, tangannya bersidekap.
Ia bangga kepadaku; menurutnya
Aku telah berhasil menjadi orang penting
Di antara orang-orang penting di kota-kota besar.
Aku tak mau membuatnya terbangun.
Aku pulang sendirian, tanpa istri atau anak
yang mungkin akan membuatnya bahagia.
Terjaga, sendiri, namun merasa diterima
Aku juga duduk di dekat perapiannya,
Garis-garis usia yang buruk tertakik di wajahku,
dan kedua tanganku tak bisa diam.


James Wright (1927-1980) termasuk figur penyair penting di Amerika pada jamannya. Puisinya yang diterjemahkan di atas menunjukkan rasa hormat pada ayahnya dan perasaannya yang ambivalen terhadap tempat kelahirannya, Ohio. Info selanjutnya dan versi aslinya dapat dilihat di sini.

1 comment: